Ads Top


Inilah Alasan yang Membuat Ratu Belanda Jatuh Cinta kepada Sultan Siak

Sultan Siak Sultan Syarif Kasim II dan Ratu Belanda Wilhelmina. (repro:riau24/otonomi)

Inilah Alasan yang Membuat Ratu Belanda Jatuh Cinta kepada Sultan Siak - Masa penjajahan Belanda sepertinya tak hanya meninggalkan kenangan pahit untuk Indonesia. Namun dibalik itu ada sekelumit kisah cinta tersembunyi yang membuat mata anak negeri terbelalak dibuatnya.

Kisah cinta itu datangnya dari Kerajaan Siak, Riau. Kesultanan Siak Sri Indrapura Riau yang waktu itu terkenal sangat loyal terhadap Indonesia dan memiliki sosok pemimpin yang dicintai rakyat.

Kesultanan Siak saat itu dipimpin oleh Sultan Syarif Kasim II, pemimpin yang disebut-sebut mampu mencuri hati wanita sekelas Ratu Wilhelmina dari Belanda. Lalu apa alasan sang ratu, sehingga ngebet benar dengan sultan kenamaan Riau ini? Berikut alasannya:

Syarif Kasim II, Sultan Muda yang Tegas.

Kesultanan Siak Sri Indrapura adalah kesultanan terbesar di Riau yang didirikan seorang raja kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah di tahun 1723. Syarif Kasim II diberi gelar sebagai sultan pada 13 Maret 1915 di usia 21 tahun untuk menggantikan sang ayah yaitu Sultan Assyaidin Hasyim I Abdul Jalil Syaifuddin yang meniggal pada tahun 1908. Ketika diangkat menjadi sultan, Syarif Kasim II diberi gelar Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin.

Syarif dikenal sebagai pemimpin yang sangat tegas dan hal itu terbukti ketika dia menyebutkan bahwa Kerajaan Siak memiliki kedudukan sejajar dengan Belanda. Yang mana hal tersebut bertentangan dengan perjanjian antara Siak dan Belanda sebelumnya yang menyatakan Belanda hanya meminjamkan Siak pada Sultan.

Sultan Syarif Melakukan Apapun Demi Mencerdaskan Rakyatnya.

Ketika menjabat sebagai sultan, Syarif memiliki beberapa program yang dirasa sangat baik untuk rakyat. Misalnya saja dia mendirikan Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang terletak di samping sekolah berbahasa Melayu untuk seluruh masyarakat. Selain itu untuk memudahkan siswa menuju sekolah, Syarif menyediakan perahu gratis. Belum lagi adanya program beasiswa yang ia gagas untuk murid yang berbakat agar dapat bersekolah di Padang, Medan, Maupun Batavia.

Tak hanya sekolah formal saja, Sultan Syarif Kasim II juga membuat sebuah sekolah agama yang dikhususkan untuk para pria. Sekolah yang diberi nama Taufiqiah Al-Hasyimah itu dikonsep menjadi sebuah tempat memperoleh ilmu agama dari para guru profesional yang didatangkan dari Padang dan juga Mesir.

Menolak Kerja Paksa dan Membantu Penuh Indonesia.

Pada saat memimpin, Sultan Syarif secara berani menentang kebijakan Belanda mengenai kewajiban rodi yang harus dilakukan rakyat. Sikap seperti itu lah yang kemudian membuat Belanda menganggapnya sebagai seorang pemberontak. Akhirnya mereka mendatangkan pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan Syarif. Tapi ternyata pemimpin pasukan Belanda, Letnan Leitser akhirnya harus gagal dan memutuskan bunuh diri.

Tak hanya menolak rodi Belanda, Sultan Syarif juga menentang kebijakan romusha oleh Jepang karena tak terima rakyatnya diperlakukan demikian. Hingga akhirnya ketika dia mendengar kabar terkait kemerdekaan Indonesia, Syarif mengirim surat berisi dukungan penuh pada Soekarno dan Hatta. Ada pula yang menyebutkan bahwa sang sultan menyumbang uang sejumlah 13 juta gulden serta mahkota dan pedang Kesultanan Siak.

Sosok yang Cerdas, Gagah, Rapi, dan Dicintai rakyat.

Bila berkunjung ke Istana Siak Sri Indrapura kita akan dapat melihat beberapa peninggalah sejarah termasuk patung serta potret Ratu Wilhelmina. Menurut seorang pemandu wisata konon sang ratu Belanda jatuh cinta pada Sultan Siak karena sosoknya yang cerdas, gagah, rapi, dan juga cinta dengan rakyat. Sifat itulah yang kemudian merebut perhatian sang ratu ketika berkunjung ke Siak.

Saat itu sang ratu memberikan kenang-kenangan berupa patung dirinya untuk diletakkan di Kesultanan Siak dan juga meminta patung sang sultan sebagai oleh-oleh ke Belanda. Ratu dan sultan kala itu tak dapat bersatu lantaran perbedaan keyakinan antara mereka. Sultan Syarif kemudian memilih mundur perlahan dan mendekatkan diri dengan rakyat serta rajin mengunjungi masjid.

Sultan Syarif Kasim II tercatat sebagai raja terakhir di Kesultanan Siak karena tidak memiliki keturunan. Kemudian dia memutuskan menyerahkan kerajaan dan kekayaannya untuk Indonesia. Loyalitas sang sultan memang tidak perlu diragukan lagi pada Indonesia. Dan sampai saat ini nama beliau diabadikan sebagai nama bandar udara di Riau. (**/riau24)

No comments:

Powered by Blogger.