Musim Kemarau Panjang, Tanah Retak Sawah Terlantar
Hamparan sawah di Tanjung Sakti Pumi, Lahat yang tak dapat digarap. |
LAHAT - Musim panen padi periode Agustus-September, tak dapat dirasakan seluruh petani sawah di Kecamatan Tanjung Sakti Pumi.
Bahkan, kemarau berkepanjangan membuat debit air irigasi rendah, tak mampu masuk kepetakan sawah, membuat puluhan hektare sawah terlantar.
Hanya beberapa petani saja yang masih dapat panen, meski hasil yang diperoleh tetap tidak maksimal, lantaran kekurangan air.
Salah satunya, hamparan sawah di Desa Sindang Panjang, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Lahat.
Seharusnya hamparan menguning dengan tanaman padi siap panen. Kenyataannya, hanya beberapa petakan saja menguning.
Sedangkan sebagian besar hanya ditumbuhi rerumputan yang sudah mulai mengering. "Mak mano nak hidup padinyo. Tanah bae la retak macam ini," ujar Kuniawan (39), seorang petani.
Sejak kemarau datang, petani sama sekali tidak dapat menggarap sawah. Irigasi yang selama ini diandalkan, menyusut dan tidak dapat mengalir ke sawah.
Hanya petakan yang dekat pintu irigasi yang masih bertahan, meski padi yang tumbuh kerdil, lantaran masih kekurangan air.
"Masih ngasil, tapi normalnyo sehektar itu 4 ton gabah kering, mak ini haru paling dapat 1 ton," ungkap Budiman (60), pemilik sawah yang berhasil digarap.
Serangan kemarau yang panjang membuat petani sawahnya tak dapat digarap, terpaksa harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bagi mereka yang memiliki stok gabah kering, tentu bukan persoalan, tapi bagi petani yang tidak memiliki stok, terpaksa berpindah haluan.
"Macam-macam, ado yang cari upahan di kebun kopi wong. Ado jugo yang nguli, caro hidup di dusun," beber Haqulana.
No comments: